saat ini aku sedang duduk-duduk di beranda
mencoba menulis cerita
memandangi deretan aksara yang menahan haru
menatapi aku yang sibuk menahan air mataku
sebentar, biar kutahan napas dulu
karena jika tidak, yang berkerumun di sudut mata ini pasti akan jatuh
sebentar lagi
ini yang sulit dari bercerita padamu
lebih mudah bagiku memilih diksi untuk puisi
atau mengacak-acak kata untuk sajak
nah, kau lihat bukan?
sudah sepanjang ini dan aku masih mengulur waktu
menunda-nunda cerita yang hendak kubagi padamu
kata-kata itu kubariskan di dinding bibir, bukan di jemari
karenanya sulit kutulis, lebih mudah kukatakan, mungkin
nah, bagaimana kalau kautemui aku saja?
temukan sendiri apa yang kusimpan berjuntai
ke relung-relung geraham, di antara lidah dan geligi
tempat yang biasa kaujelajahi dengan lidahmu
mencari jawaban yang kusembunyi dalam bisuku
tempat yang sama
kaukaramkan ocehan-ocehanku bilaku terlalu banyak bicara
atau sebenarnya hanya itu
yang ingin kusampaikan padamu
temui aku
Jumat, 30 September 2011
ini adalah tentang cinta
ini adalah tentang cinta
bahwa jika sekarang, esok atau kapanpun
kita menangis bersamaan
setelah saling melukai perasaan
aku, akan menghapus air matamu lebih dulu
bukan milikku
aku, akan menenang-tenangkan risaumu
bukan gelisahku
aku, akan meminta maaf sekaligus memaafkanmu
sebelum kau minta; sebelum kau tahu
bahwa jika sekarang, esok atau kapanpun
kita menangis bersamaan
setelah saling melukai perasaan
aku, akan menghapus air matamu lebih dulu
bukan milikku
aku, akan menenang-tenangkan risaumu
bukan gelisahku
aku, akan meminta maaf sekaligus memaafkanmu
sebelum kau minta; sebelum kau tahu
delapan – sebab aku mencintaimu ..
sebab aku mencintaimu…
api:
aku tahu, terbakar ialah resiko yang harus kuambil
dan jikapun harus mengabu, sedikitpun aku tak ragu
air:
biarkan saja aku kuyup sampai letih
sampai napasku menjelma gelembung udara
tenggelamkan aku!
angin:
peluk sajalah aku, hingga tulang-belulang sempurna dingin
kelak pada biru-biru bibirku, beku-kekallah kecupanmu
tanah:
kumakamkan cinta diam-diamku dalam dirimu
kutanamkan dalam-dalam di hatimu
sebab aku mencintaimu…
langit:
aku belajar terbang tanpa sayap
begitu inginnya aku, memberimu sekadar satu pelukan
rembulan:
sesabit lengkung senyummu, purnama bagiku
sedikit cinta darimu, lebih dari cukup
matahari:
aku menjelma embun yang menanti kecupanmu pada pagi
menjadi cakrawala tempat pulangmu kala senja
bintang:
aku tak pernah suka hujan
kau telah cukup jauh untuk kusentuh
aku tak butuh lagi apapun yang meniadakan pandangku padamu
api:
aku tahu, terbakar ialah resiko yang harus kuambil
dan jikapun harus mengabu, sedikitpun aku tak ragu
air:
biarkan saja aku kuyup sampai letih
sampai napasku menjelma gelembung udara
tenggelamkan aku!
angin:
peluk sajalah aku, hingga tulang-belulang sempurna dingin
kelak pada biru-biru bibirku, beku-kekallah kecupanmu
tanah:
kumakamkan cinta diam-diamku dalam dirimu
kutanamkan dalam-dalam di hatimu
sebab aku mencintaimu…
langit:
aku belajar terbang tanpa sayap
begitu inginnya aku, memberimu sekadar satu pelukan
rembulan:
sesabit lengkung senyummu, purnama bagiku
sedikit cinta darimu, lebih dari cukup
matahari:
aku menjelma embun yang menanti kecupanmu pada pagi
menjadi cakrawala tempat pulangmu kala senja
bintang:
aku tak pernah suka hujan
kau telah cukup jauh untuk kusentuh
aku tak butuh lagi apapun yang meniadakan pandangku padamu
gerimis sebentar mampir
di tepian jendela siang kemarau panjang
gerimis sebentar mampir
kurasa, awan tak punya banyak kesedihan
untuk menjadikan hujan lama-lama hadir
saat ia beranjak pulang ke langit
aku baru saja hendak berbagi resah
gerimis siang ini, terlampaulah tergesa
bahkan, rerumputan belum lagi
: sempat basah
tapi, mata – mataku
: sudah basah ..
gerimis sebentar mampir
kurasa, awan tak punya banyak kesedihan
untuk menjadikan hujan lama-lama hadir
saat ia beranjak pulang ke langit
aku baru saja hendak berbagi resah
gerimis siang ini, terlampaulah tergesa
bahkan, rerumputan belum lagi
: sempat basah
tapi, mata – mataku
: sudah basah ..
KITA
saat kenangan merajai dimensi hati
aat harapan menjadi penghambaan
saat asa, menyusup di balik hela perjuangan
saat angan kosong merasuku tiap desah nafas
dan saaat perpisahan menjadi keharusan
sebenanya bukan itu yang ku mau
tapi semua adalahperjalanan sebuah mimpi, harapan, masa depan dan takdir
sahabat, suka, duka, tawa,curiga, cemburu dan cinta
selaksana embunpenegar iwa
meskiharus meninggalkan butiran bening disudut mata ini
perpisahan bukan keinginan tapi keharusan
Keharusan menjadi lebih baik
Keharsan mencapai sukses
Dan keharusan meniti rasa kehidupan
Dan jika suatu saat kitasemua tlah hidup masing masing
Ingatlah masa ini
Masa masa terindah bagiku, kamu, dia dan mereka
For All my friend, Angkatan 2010/2011
Langganan:
Postingan (Atom)