Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Jumat, 18 Mei 2012

Rahasia Kelanggengan Peradaban dan Budaya Islam



Rumit sekali untuk membahas apa saja penyebab terwujudnya suatu peradaban dan banyak sekali pendapat yang berbeda-beda dalam masalah ini. Meski demikian, dengan mengkaji satu per satu pendapat para pemikir Muslim mengenai peradaban dan kebudayaan Islam, kita dapat menarik satu benang merah, yaitu: dasar dari peradaban dan kebudayaan Islam adalah wahyu dan Tauhid, bukan apa yang diyakini para umanis; dan agama adalah suatu sistem yang mencakup segala fenomena peradaban dan budaya. Satu kenyataan yang pasti bahwa pondasi semua ilmu-ilmu, khususnya falsafah dan ilmu-ilmu ‘aqli (yang merupakan bapak dari ilmu-ilmu lainnya), adalah mazhab-mazhab; dan ini adalah sebuah fakta yang buktinya adalah data-data sejarah yang ada.

Sebagian pemikir dalam membahas masalah peradaban Islami, tidak menekankan adanya perbedaan antara budaya dan peradaban. Oleh karena itu, mereka menjadikan kata budaya sebagai sinonim kata peradabn. Degan menerima anggapan ini, kita dapat menyebutkan beberapa poin yang menjadi pilar kebudayaan dan peradaban Islam:

Pengenalan terhadap Tuhan: Salah satu rukun peradaban dan kebudayaan Islam adalah pengenalan terhadap Tuhan. Faham inilah yang menyadarka kita bahwa setiap keberadaan di alam wujud ini saling berkaitan satu sama lain; khususnya manusia, baik individu maupun secara keseluruhan, mereka berkaitan dengan Tuhannya. Budaya Islam bertumpu pada Tauhid; pandangan dunia Islam menuntut kita untuk menyadari bahwa alam semesta adalah makhluk ciptaan-Nya yang selalu tunduk dan taat; segalanya berada dalam kuasa dan rahmat sang Esa serta tak ada satu pun yang menjadi penghalang keberdampakan sebab terhadap akibatnya.

Dalam Al Qur’an disebutkan: “Dan Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga mereka sendiri berkehendak untuk merubah apa yang ada pada dirinya.” (Ar Ra’d: 13)

Kelanggengan budaya Islam: Tak diragukan, budaya yang memiliki kriteria seperti ini, semakin luas makna yang dikandung Tauhid maka semakin luas pula cakupan pemahamannya; dan ujungnya adalah kelanggengan. Dengan sifatnya yang seperti ini, budaya Islam adalah budaya yang stabil dan langgeng yang mana kestabilan dan kelanggengan tersebut tercurah pada setiap sisi mazhab: pada keyakinan, fiqih, dan akhlaq; yang mana hal tersebut merupakan kunci keberhasilan tercapainya tujuan-tujuan risalah global Rasulullah saw. Inilah budaya yang memberika ketenangan pada jiwa, menguatkan tekat manusiawi manusia, memenuhi kebutuhannya yang tak terhingga, dan mengantarkannya pada kemenangan, keberhasilan dan kebahagiaan.

Cakupan yang luas: Budaya Islam memiliki cakupan luas dan tak terbatas. Dalam setiap bagiannya memiliki dasar-dasar hukum; dan semuanya bersumber dari satu prinsip dan pemikiran. Dengan demikian secara alami keseluruhannya memiliki keseimbangan dan keserasian.

Mobilitas budaya Islam: Berdasarkan kehendak Ilahi, manusia adalah makhluk yang berpotensi memiliki derajat khalifah Ilahi di muka bumi. Demi tercapainya maksud tersebut, manusia diberi kehendak dan ikhtiar secara sempurna. Dalam budaya Islam, manusia didorong untuk berkembang dan mendaki puncak kesempurnaan yang telah digariskan sebelumnya. Dalam ajaran suci ini manusia diberi arahan untuk menapakkan kaki di perjalanan maknawi menuju kesempurnaan dan Tuhan telah memberikan tiga bekal kepada manusia: fitrah, ajaran para nabi, dan musibah serta cobaan.

Budaya Islam adalah budaya yang memiliki mobilitas dan bersifat konstruktif. Dalam setiap fase dan keadaan di manapun manusia berada, Islam selalu dapat memberikan ajaran dan dorongan untuk terus maju. Setiap penemuan baru dan ilmu yang digapai oleh manusia dianggap sebagai alat untuk mengenal Tuhannya lebih jauh; dan perjalanan dalam mengenal diri dan makhluk disebut sebagai perjalanan ibadah dan pendekatan kepada Allah.

Kesatuan dan keserasian: Inilah kriteria budaya Islam yang tidak dimiliki budaya lainnya. Dalam budaya Islam, di saat kita menguatkan dan memajukan suatu sisi dalam kehidupan, kita diharuskan pula menguatkan sisi lainnya yang berkaitan. Dengan demikian terciptalah keserasian dalam hidup; sebagaimana alam semesta serasi bertasbih memuji sang Pencipta.

Dengan mengkaji sejarah perkembangan kebudayaan, kita sering mendapati bahwa para nabi selalu berada di titik-titik pusat peradaban dan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa agama memiliki keunggulan penerapan dalam kehidupan sosial-politik.

Oleh karena itu, mari kita menjaga eksistensi budaya Islam yang sebenarnya. Kita harus mencari dan mengaktualisasikan peradaban yang bersumber dari Al Qur’an. Al Qur’an dengan wujud tekstualnya dapat diaktualisasikan kandungannya ketika kata “Allah” menemukan makna hakikinya; yakni mengalirnya agama di dalam urat nadi kehidupan manusia baik individual maupun sosial. Manusia tidak bisa menciptakan peradaban global dengan pondasi materialisme. Manusia hanya bisa menciptakan impian itu dengan menggunakan konsep “kekhilafahan Allah” dengan maknanya yang hakiki.

0 komentar:

Posting Komentar