Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Sabtu, 28 Januari 2012

About Dady :')


Yang Terlupakan..
bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.. akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya. Lalu bagaimana dengan Papa?
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil.. Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....Tapi sadarkah kamu? Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba. Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang" Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!". Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja.... Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!". Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :') Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu.. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...dan setelah perasaan khawatir itu berlarut- larut... ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang? "Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa".
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti... Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa.... dan kamu harus pergi kuliah dikota lain... Papa harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat. Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang". Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan... Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!". Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu". Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang" Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..Karena Papa tahu.....Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya.... Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa.... Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik.... Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik.... Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...Dengan rambut yang telah dan semakin memutih.... Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....Papa telah menyelesaikan tugasnya....Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita... Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat... Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..

Okay


okay, sekarang aku tak tahu kan ke arah mana isi kepalaku ini kan tersorot hingga begitu kakulah ia kan menyirat kan seutas surat. Saat ku butuh sebuah dekapan erat, tak ada satupun rasa yang mendekat, bahkan dia yang katanya selalu ada saat ku butuh dia karena hati dan cinta tlah melekat. Ah! Apakah semua suar kasih atas nama “sahabat” semua hanya sekedar kelebat sesaat? Aku sendiri, menangis. Meringis sakit.

Ah tidak! Aku tidak akan mengeluh, karena sungguh kutahu tak adalah guna ku peras peluh hanya karena harap yang tak pernah sungguh-sungguh. Semu!
Pantas saja aku selalu ragu, dimana dirimu?

Aku memang tak pantas tuk protes, siapa aku? Saat mereka menyedot darahku karana kelemasan, aku mau. Bukankah aku mau? Lalu saat aku lemas kehabisan nafas, kemudian tak satupun dari mereka yang hadir tuk setidaknya tiupkan desah selepas, lalu apakah aku harus protes? Lalu apakah aku harus panas?

Biasa sajalah! Di dunia ini memang jauh lebih banyak manusia yang mau berkorban karna impas,
bukan ikhlas. Tak usahlah mengeluh, berjalanlah sekalipun darah menetes deras, peluh mengalir lepas, nafas mengengus gegas, berjalanlah terus, sekalipun lemas dan akhirnya wujudmu kandas. Di ujung sana, hadirmu yang baru menanti dengan wujud yang lebih tegas, kuat dan pantas!

Kamis, 26 Januari 2012

Masih Tentang Sepi


Masih tentang Sepi
sepi yang selalu berevolusi
yang terus memaksa menembus celah celah imajinasi

Menabur ulang benih benih yang telah mati
tentangmu
tentang rasa
tentang cinta
tentang kita

Menari indah di ingatan yang semakin menggebu
ambigu, dan ragu ...

Lalu dimensi Khayal mulai merasuk
menjadi apapun !

Menjadi senyummu
tawamu
celotehmu
belaimu
amarahmu
pelukmu
ragamu
Namun semu ...

Tak ingin ku berhenti di garis uthopiamu
bisikkan ku cara tuk lupakanmu
yah, hanya melupakan.

Kelam dan Senja



Tatkala senja melabuh tirai,

Malam menjadi pengganti,

Tika itu sepi memanggil,

Ibarat sepi antara kita,

Namun,
Pabila fajar menyingsing pagi,

Senyuman terlakar di bibir,

Suasana ceria menggamit rasa,

Kuharapkan ceria kembali semula.

Rabu, 25 Januari 2012

Cerita Penghangat Senja


Setelah ini tidak ada lagi air mata

Yang akan genangi ikhtiar kita

Perkara kita terlalu kukuh menggenggam kata

*

Kau tahu, alam pun cemburu dengan ketangguhan kita

Kala kau ajak aku menari di tengah hujan

Meski hati ini di rundung kelabu

*

Kawan, cukup lama kita merajut cinta

Hingga setiap luka telah menjadi hambar

Bahkan duka mudah menjadi tawar

*

Tapi kini, jalan kita telah berbeda

Dan kau tak perlu risau

Bila terjal ini harus kurentas sendiri

Sebab janji kita tetap serupa

*

Biarlah semua yang kita himpun

Menjadi cerita penghangat senja

Karena setiap cerita memang ada masanya

Semesta Cinta


Petang itu kukira kau becanda

kau raih lenganku untuk telusuri tepian desa

Sementara langit sedang sendu

Bukan jeda yang tepat untuk memadu rindu

*

Sepanjang jalan aku terus lontarkan Tanya

Perkara hati belum restukan segala maksud

Di atas ilalang yang menyayat langkah

Kau masih teguh memendam kata

*

Lalu sebuhul riwayat kau coba ringkas seketika

Yang setiap patah katanya terselip isak yang memburu

Pada sebaris kata yang tak kukenal ujung pangkalnya

kau ungkapkan kalimat yang hentikan segala tanya

*

Patutkah aku mencintai pesona dunia

Sementara cinta Tuhan seluas semesta

Mencerna Kerja Cinta


”Katakanlah: ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilahku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian’. Allah Maha Pengampun dan Penyanyang”

(QS. Ali-’Imron: 31)

Cinta itu dimulai dari sini, tempat di mana Allah meletakkan cahayaNya. Di sebuah ruang yang kebajikan dan kebatilan tak bisa berpadu. Cinta yang tak terbit dari sana, itulah cinta yang tak semestinya. Yang gemuruhnya adalah nafsu. Yang derunya adalah semu.

Cinta yang sejati tentu tidak seperti itu. Karena ia tidak lahir begitu saja. Ia tumbuh dari sebuah ketulusan, menciptakan ruangnya sendiri dalam qalbu. Lalu, di ruang itulah cinta mendefinisikan maknanya. Selanjutnya, di sana pula rencana kebajikan di susun secara matang dan segala daya diakumulasikan secara optimal. Tujuannya hanya satu, agar cinta itu tetap tumbuh.



Inilah riwayat kehidupan yang paling mengesankan. Yaitu cerita para perjuang cinta mewujudkan rencana-rencana kebajikannya. Mereka jatuh bangun agar kemurnian cinta sejati itu tetap terjaga. Berupaya menahan luka agar cahayanya tetap menyala. Dan menariknya, meski tampak menderita, para pejuang cinta sejati menikmati semua itu.

Realisasi dari serangkaian rencana kebajikan ini, sudah cukup untuk membuktikan bahwa di dalam ruang yang Allah meletakkan cahayaNya itu, cinta suci telah bersemayam.



Maka sekali lagi, cinta sejati itu, tidak membutuhkan banyak kata untuk mendefiniskannya. berupaya mendefinisikan cinta bisa saja membuat kita meragukan hakikat cinta itu sendiri. Cukup buktikan saja kalau memang kita merasakan adanya kehadiran cinta. Lagi pula, cinta tidak akan tumbuh dan berkembang hanya dengan untaian kata yang mempesona.



Lihatlah, betapa banyak sudah bait puisi yang tercipta. Namun, tetap saja masih belum mampu mendefiniskan cinta itu sendiri secara utuh. Lantas, bila ada yang tetap memaksa agar cinta dapat diwujudkan dalam untaian kata. Dengan kalimat yang paling santun, serta hati yang paling teduh. ucapkan saja.



“bahwa cinta adalah definisi yang paling indah dalam hidupku”.

Menyapa Dua Mata Cinta


Ayah dan ibu adalah dua mata cinta yang terlalu bening. Mereka menghimpun kebaikannya dalam diam. Mempermudah kata agar kita segera memahami maksud. Dalam banyak waktu, mereka menyembunyikan keletihannya agar kita bisa tertawa bersama. Berbagi kehangatan dalam cinta.

Tapi entah mengapa? diri ini kerap alpa terhadap prilaku-prilaku sunyi itu. Kita lupa bahwa dalam keterjagaannya, malam-malam mereka menjadi begitu panjang. Karena dengan suara parau dan linangan air mata, ada bait-bait doa yang ia lantunkan untuk kita. Anak-anaknya. Dan dalam diamnya, kita juga jarang menduga bahwa di sana, pada hati yang sebening embun itu, mungkin saja ada cinta yang tak tersapa.

Mereka memang tak pernah menuntut balas. Setiap letih yang mereka lakukan untuk kita adalah murni tentang ketulusan. Mereka mendefinisikan hidupnya dengan apa adanya. Menafsirkan cintanya dengan kerja-kerja nyata. Yang mereka punya sebenarnya juga tak banyak. Tapi, yang mereka berikan untuk kita sesungguhnya sudah lebih dari cukup.

Masih ingatkah, saat pertama kali kita pintar mengeja kata. Terbata-bata membaca huruf hijaiyah. Menyaksikan semua itu, wajah ayah dan ibu secerah purnama. Karena bagi mereka, setiap kemajuan diri kita adalah penawar dari segala letih yang tak terbayar itu. Semua harapan itu tersirat dari raut muka, tutur kata dan tentu saja dalam bait-bait doa yang tak pernah kita kenal.

Terhadap harapan-harapan sunyi itu, mereka memang tak memintanya secara nyata. Tapi, kita harus merencanakannya. Karena jangan sampai, karena ketidakmampuan diri ini mencerna isyarat batin mereka dengan baik. Memahami keinginannya yang sederhana. Dua mata cinta yang sebening embun itu, menjadi cinta yang tak tersapa.

Terhadap dua mata cinta itu, sudahkah kita menyapanya?

Senin, 23 Januari 2012

Balutan Senja



Masih kurasa pesona itu

Dalam balutan senja

kau ajak aku menghimpun cerita

Di tepi dermaga senja

***

Namun, tak sebaris kalimatpun terlontar

Tak sepatah katapun terurai jadi laku

Aku diam memendam ragu

***

Nyatakah yang ku dengar

Prihal rindumu yang tak putus-putus

Pada makhluk yang rambutnya tak kunjung lurus

***

Pada pucuk-pucuk bakau yang menghampar Pusong

Binar matamu tumpahkan isyarat

Bahwa rupa cerita lain dari cinta

*****

Dalam kata Paling Sederhana

Dalam jedaku

Kau adalah cemara di tepi danau

Menyiratkan pesona dalam keagungan

*

Dalam senduku

Kau adalah Pelangi yang dititipkan hujan

Membiaskan pilu dalam keresahan

*



Maka dalam bait-bait doaku

Tak henti kulantunkan kalimat syahdu

Untuk dirimu yang telah gerimiskan batinku

Yang Pesonanya telah teduhkan jiwaku

*

Dalam kata yang paling sederhana

Kusebutlah kau dengan nama cinta

Menggadai Maaf


Pernah sekali kita tak saling sapa

Hati kita pun merentang jarak

Menjamu curiga, menepis rindu

*

Entah mengapa pula?

kita teguh saling menagih maaf

Sementara luka belum tahu di mana letaknya

*

Dan kita pun belajar pada sang Bilal

Kala Abu Dzar tawarkan wajahnya di pasir panas

Berharap tuntas segala khilaf di lidah

Tapi Bilal urung niatnya mengankat terompah

Ia gadaikan maafnya demi cinta

*

Cukup sekali kita tak saling sapa

Setelahnya kita harus saling paham

Bagaimana menjamu rindu, menepis curiga

Menangguh Reda


Bukankah petang tadi telah kita saksikan bersama

Kemarau pecah ditusuk rinai

pucuk-pucuk cempaka pun bersimponi dicumbu bulirnya

Bertaburlah tasbih gemakan semesta
*

Tapi kini, kau malah tergugu meniti hening

Mendesak harap untuk segera tunai

Kau ingin saksikan purnama malam ini juga

Sementara hujan menangguh reda

*

Dan sekali lagi lihatlah di langit sana

Tampaknya gundala sengaja candakan awan

Bujuk langit untuk turunkan hujan

Mungkin Tuhan ingin sampai satu maksud

Bahwa rindu tak cukup menunggu

Jangan Kau Tangisi Apa Yang Bukan Milikmu!

Dalam perjalanan hidup ini seringkali kita merasa kecewa. Kecewa sekali. Sesuatu yang luput dari genggaman, keinginan yang tidak tercapai, kenyataan yang tidak sesuai harapan. Dan sungguh sangat beruntung andai dalam saat-saat tergoncangnya jiwa, masih ada setitik cahaya dalam kalbu untuk merenungi kebenaran. Masih ada kekuatan untuk melangkahkan kaki menuju majlis-majlis ilmu, majlis-majlis dzikir yang akan mengantarkan pada ketenteraman jiwa.


Hidup ini ibarat belantara. Tempat kita mengejar berbagai keinginan. Dan memang manusia diciptakan mempunyai kehendak, mempunyai keinginan. Tetapi tidak setiap yang kita inginkan bisa terbukti, tidak setiap yang kita mahu bisa tercapai. Dan tidak mudah menyedari bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi. Banyak orang yang tidak sedar bahwa hidup ini tidak punya satu hukum: harus berjaya, harus bahagia atau harus-harus yang lain.

Betapa banyak orang yang berjaya tetapi lupa bahwa sejatinya itu semua pemberian Allah hingga membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang. Begitu juga kegagalan sering tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita. Padahal hakikat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa yang memang bukan hak kita.

Apa yang memang menjadi jatah kita di dunia, entah itu rezeki, jabatan atau kedudukan, pasti akan Allah sampaikan. Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan kita bisa miliki. Meski ia nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian mengusahakannya.
مَآأَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَفِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {22} لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَافَاتَكُمْ وَلاَتَفْرَحُوا بِمَآ ءَاتَاكُمْ وَاللهُ لاَيُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ {23}

“Tiada satu pun bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [al Hadid : 22-23]

Demikian juga bagi yang sedang galau terhadap jodoh. Kadang kita tak sedar ketentuan Allah tentang jodoh kita, bukannya meminta yang terbaik dalam istikharah kita tetapi benar-benar ketentuan Allah: “yang pentingnya harus dia Ya Allah! Harus dia, kerana aku sangat mencintainya.” Seakan kita jadi yang menentukan segalanya, kita meminta dengan paksa. Dan akhirnya kalau pun Allah memberikannya maka tak selalu itu yang terbaik. Boleh jadi Allah tak mengulurkannya tidak dengan kelembutan, tapi melemparkannya dengan marah kerana niat kita yang terkotor.

Maka setelah ini wahai jiwa, jangan kau hanyut dalam nestapa jiwa berkepanjangan terhadap apa-apa yang luput darimu. Setelah ini harus benar-benar difikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu di dunia ini harus benar-benar perlu, bila ada relevansinya dengan harapan kita akan bahagia di akhirat. Kerana seorang Mu’min tidak hidup untuk dunia, tetapi menjadikan dunia untuk mencari hidup yang sesungguhnya: hidup di akhirat kelak. Maka sudahlah, jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu!

Rabu, 18 Januari 2012

for someone who I couldn’t help

To those who think they are worthless:




As a Muslim, you have been given the gift of this deen that is based on balance, security, justice, and serenity. As a Muslim you have the light of guidance to lead you from ALL DARKNESS. You should NEVER feel WORTHLESS! Out of the billions of people on earth, Allah chooses you, only 1 out of 6 people are Muslim and you are one of them. And Allah chose you to be under the Ummah of the Prophet Muhammad (sws), the gift to ALL of humanity. Out of trillions of people who are and were in darkness you were given light, YOU ARE NOT WORTHLESS.

Every single individual has something they can offer, we are our worst enemies. If we stopped doubting ourselves and live in the way of the Prophet (sws), we will see our worth. You will see how much of a gift to society you are. You are special, you are Muslim.

May Allah give every one of his believers the confidence to live happily as Muslims and feel the worth of this deen.

[for someone who I couldn’t help ….inshAllah I hope this does.]

To myy Future Husband

I’ve saved everything for you. Your hand is the only hand I ever want to hold. Your arms are the only ones I ever want to be held in. Your touch is the only touch I ever want to feel butterflies by. Your lips are the only ones I ever want to kiss. Your ears are the only ones I ever want to hear my secrets. Your soul is the only one I ever want to be entangled with. You are the only person I ever want to give every piece of my heart to.

Nilai Seorang Wanita Solehah :)



Apakah nilai seorang perempuan solehah? Berapakah harganya di sisi Allah SWT? Jawab Al-Khawarizmi, pakar Matematik Islam:

Jika wanita solehah dan beragama = 1
Jika dia cantik, tambah 0 kepada 1 = 10
Jika dia kaya, tambah lagi 0 = 100
Dan jika dia dari keluarga baik-baik, tambah lagi 0 = 1000
Tetapi jika yang ’1′ tiada…
Maka, tiada apa yang tersisa pada wanita tersebut kecuali sekelompok ‘0’.

Dapatlah disimpulkan di sini bahawa nilai perempuan solehah itu terlampau berharga, sehinggakan kecantikan, kekayaan dan keturunannya tidak akan dilihat sama sekali tanpa keimanan dan kepatuhan kepada Allah SWT.

Wahai perempuan solehah, ketahuilah bahawa,

Engkau memang cantik selagi kau menutup malu,
Engkau memang cantik selagi kau memelihara adab,
Engkau memang cantik selagi kau menjaga aurat,
Engkau memang cantik selagi kau menjaga batas,
Engkau memang cantik selagi kau waras berhias,
Engkau memang cantik selagi kau bersifat fitrah,
Engkau memang cantik selagi kau pantang menyerah,
Engkau memang cantik selagi kau terus bersolat,
Engkau memang cantik selagi kau lurus bertaubat,
Engkau memang cantik selagi kau jujur berilmu,
Engkau memang cantik selagi kau taat suami,
Engkau memang cantik selagi kau membaca Al-Qur’an,
Engkau memang cantik selagi kau beradab sopan,
Engkau memang cantik selagi kau kasih ibu bapa,
Engkau memang cantik selagi kau mendidik keluarga,
Engkau memang cantik selagi kau sabar & tenang,
Engkau memang cantik selagi kau tegakkan Islam,
Engkau memang cantik selagi kau mencegah kemungkaran,
Engkau memang cantik selagi kau berniatkan Tuhan,
Engkau memang cantik kerana kau seindah Islam!

Ku Telefon Tuhan Dalam Tahajjud


Semalam, ku telefon Tuhan dalam tahajjudku.



“Tuut, tuut… tuut, tuuut!” Terus diangkat. Dan sebaik sahaja kudengar talian di sebelah sana diangkat, saat itu terus ku luahkan isi hatiku bagai mencurah-curah ke ladang gandum!

“Wahai Yang Maha Agung, aku ini hambaMu. Aku menghubungimu semata-mata ingin mengadu padaMu ya Allah. Wahai Yang Maha Mendengar, aku ingin mengadu kepadaMu bahawa hatiku telah berlubang!”

“Wahai hambaKu. Jika Aku menimpakan suatu musibah ke atas kamu pada badanmu, lalu kamu menerima musibah itu dengan penuh kesabaran, nescaya di hari kiamat Aku malu untuk menegakkan bagimu neraca timbangan atau membuka buku catatan amalmu.” [1]

“Akan tetapi Allah, lubang di hatiku ini sangat menyakitkan. Dan ini juga bukan kemauanku.”

“Wahai hambaKu, barangkali kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan barangkali kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [2]


“Yang penting lubang di hati ini sangat dalam. Dan aku mohon pertolonganMu, mengapa tidak Engkau tutupkannya saja.”

Jika sekiranya Aku mahu, nescaya akan Kuberikan kepadamu wahai kekasihKu. Akan tetapi telah tetaplah kata-kataKu: Wahai dunia! Pahitkanlah kehidupan para kekasihKu, janganlah sekali-sekali engkau memaniskannya, kelak engkau akan memfitnahinya.” [3]

“Oh begitu rupanya… Sungguh Maha Penyayang Engkau wahai Tuhanku, melindungi aku daripada fitnah dunia. Maka, sekarang aku memohon agar Engkau memberikan aku kekuatan ya Allah.”

“Sesungguhnya Aku sekali-kali tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [4]

“Terima kasih Tuhan, bolehkah Engkau selalu mengingatkan aku di saat aku lupa wahai Tuhanku…?”

“Tentu. Sesungguhnya Akulah yang menciptakanmu dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatimu, dan Aku lebih dekat kepadamu daripada urat lehermu sendiri.” [5]

“Tuhanku, aku sangat-sangat berharap Engkau sentiasa ada bersama denganku.”

“Wahai hambaKu, ketahuilah bahawa Aku sentiasa berada dalam sangkaanmu, dan Aku ada bersamamu ketika kamu menyebutKu. Bila kamu menyebut-Ku dalam dirimu, Aku menyebutmu dalam Diri-Ku. Bila kamu menyebut-Ku dalam khalayak ramai, Aku menyebutmu dalam khalayak yang lebih baik daripada itu. Bila kamu mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadamu satu hasta. Bila kamu mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat kepadamu satu depa. Bila kamu datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, Aku datang kepadamu berlari-lari.” [6]

“Aku ingin menjadi hambaMu yang sebenar-benarnya wahai Tuhanku…”

“Tanda pengenalan hamba-hamba-Ku di hatinya terhadap-Ku ialah dengan menyangka baik terhadap qadar-Ku, tiadalah dikeluh-kesahkannya hukum-hukum-Ku, tiadalah dirasakannya lambat kurnia-Ku dan senantiasa malu berbuat maksiat.” [7]

“Wahai Allah! Sesungguhnya aku bersaksi bahawa tiada Tuhan yang layak disembah selain Allah. Dan aku berjanji akan selalu mengingatiMu lebih daripada segala yang lain.”

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingati Aku.” [8]

SubhanAllah. Alhamdulillah. Allahuakbar. La ilaaha illAllah. La hawla wala quwwata illa billah.

Lalu ku putuskan talian itu kerana ku tahu sebentar lagi akan ku hubungiNya lagi.

Terima kasih Allah.

Yang tak pernah jemu melayan kerenah ku.

Yang lebih dekat kepadaku berbanding urat leherku.

Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadap hamba-hambaNya.

Terima kasih ya Allah!

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)

Wahai Gadis Cintailah CintaNya



Wahai gadis,
Cinta sejati, bukan dari mata turun ke hati…
Tetapi hati turun ke mata…
Kerana hati yg mengawal mata bukan mata yg mengawal hati…
Masakan raja mengawal rakyat bukan rakyat mengawal raja…

Wahai gadis,
Dikahwini perempuan itu atas empat perkara…
Harta, keturunan, rupa dan agama…
Tetapi kahwinilah atas dasar agama…
Nescaya kamu akan mendapat segalanya…

Wahai gadis,
Cintailah sesuatu itu sekadar sahaja…
Berkemungkinan ia akan menjadi kebencianmu pada suatu ketika…
Bencilah yg engkau benci itu sekadar sahaja…
Berkemungkinan ia akan menjadi kecintaanmu pada suatu ketika…

Wahai gadis,
Cintailah sesiapa sahaja…
Asal wadahnya cinta Allah…
Hati tidak resah…
Jiwa tidak akan gelisah…
Jauh terhubung rindu…
Dekat terikat padu…

Wahai gadis,
Jika engkau mencintai seseorang biarlah kerana Allah…
Sesungguhnya mencintai Dia merupakan cinta yg hakiki…
Cintailah Allah yang Maha Mencintai…
Kalau cintai Dia biarlah rindu untuk bertemu…
Jika cintai Dia biarlah suka apabila disuruh…

Wahai gadis,
Kita tidak boleh mencintai orang lain…
Sebelum mencintai diri sendiri…
Dan kita tidak boleh mencintai diri sendiri…
Sebelum mencintai Allah!
Hakikatnya hati ini milik Allah jua…
Kerana Dia-lah pencipta segala hati…

Wahai gadis,
Tidak payah bersentuhan tangan…
Kerana mereka sudah bersentuhan hati…
Tidak payah berbalas kerlingan mata…
Kerana mereka sudah pun berbalas-balas doa…
Mereka itu adalah suami isteri yg berkasih sayang berlandaskan Ilahi…

Wahai gadis,
Denai, langit dan gunung…
Adalah satu cubitan kasih pada satu kealpaan…
Pada limpahan nikmat selaut indah…
Ke mana tumpahnya munajat seraut sembah?
Sekian lama melihat alam penuh teratur…
Mengapa hatimu masih lupa untuk bersyukur?

Wahai gadis,
Seringkali engkau memburu nikmat…
Tetapi ingatkah engkau akan Pemberi nikmat?
Cintailah yang memberi nikmat…
Dan jangan engkau cintai nikmat yang diberikanNya…
Itu tandanya engkau seorang yang bersyukur…

Wahai gadis,
Ingatlah dikau akan suatu perkara…
Hidup tanpa cinta…
Ialah hidup tanpa cita-cita…
Cinta yang terbaik…
Ialah cinta yang bertalian dengan cita-cita…
Ayuh!!! Jadikan cita-citamu sebagai cinta…

Wahai gadis,
Tuhan tidak menciptakan manusia hodoh…
Tetapi Tuhan mencipta manusia dengan kecantikan yang berbeza…
Jadi…
Janganlah dikau bersedih dan merendah diri akan rupa paras mu…
Kerana kecantikan yang abadi terletak pada akhlaknya…
Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya…

Wahai gadis,
Sesungguhnya pada wanita yang bertaqwa itu…
Terkumpullah segala keindahan dan kebenaran…
Kekayaan pada lapangnya hati…
Rupawan pada indahnya budi…
Bangsawan pada kerendahan diri…
Yang sering sujud di telapak Ilahi…

Wahai gadis,
Yang tidak bisa pecah dek pukulan arus kehidupan…
Cintailah seseorang itu…
Jika falsafah pandangan hidupnya…
Sesuai dengan kamu…
Wahai gadis, cintailah cintaNya!

Lelaki Sejati Acuan Qur’anik


Ku cari bukan timbunan harta menggunung tinggi
Buat menyadur kemewahan dengan emas berkilau
Ku cari mana dia Abu Bakar As-Siddiq
Untuk menjadi tangan yang di atas walau sendiri tiada apa.


Ku cari bukan tinggi pangkat dijulang melangit
Buat mengukir nama dikenang orang disanjung manusia
Ku cari mana dia Umar Al-Khattab
Untuk memikul amanah tanpa balasan juga alasan.

Ku cari bukan lantang suara menangkis kutukan
Buat melepas baran membara dari lubuk sanubari
Ku cari mana dia Al-Ahnaf
Untuk memaafi segala apa keji dan maki.

Ku cari bukan canggih teknologi di hujung jari
Buat merasai kesenangan hidup dunia modern
Ku cari mana dia Ali Karamatullahi Wajhah
Untuk memanfaat pemodernan dengan ilmu dan hikmah.

Ku cari mana dia lelaki acuan Qur’anik
Untuk bersama menggenggam bara api
Ku cari mana dia lelaki didikan Islamik
Untuk bersama menempuh badai kejahilan

Dalam heningnya malam
Dan dalam tenangnya sujud
Aku mencari mereka
Dengan sekudus hati nurani

Moga kutemui mereka
Dalam diri ini dan semua muslimin.

Selasa, 17 Januari 2012

sometime , Something all Time


…sometimes, when you give up on someone, it’s not because you don’t care anymore, but rather because you realize they don’t.

…something very simple, but yet so profound: Whosoever does good must know that it is from Allah (Azza-wa-jall) and it is only He who allowed him to do so; and whosoever is protected from evil, must know that it is Allah (Azza-wa-jall) who protected him and there is no one else who can do so.

…at all times, be firm in your heart. Ibn Ata’illah stated:
“Relieve yourself of worry after you have planned; do not concern yourself with what Allah has undertaken on your behalf.”

Sincerity is the key


Sincerity has a beautiful taste.

The taste of “I am headed to You (Allah) alone I only belong to You.”

It has a secret.

It leaves something in the heart.

It leaves joy in the heart.

Try it.
Perhaps, perhaps then..
we shall finally cease hurting ourselves and others.



P.S. Your healing words, the beauty of your soul, shines through your loving face :)

A Strong Person vs A Person of Strength



A strong person works out every day to keep their body in shape.
A person of strength builds relationships to keep their soul in shape.

A strong person isn't afraid of anything.
A person of strength shows courage in the midst of their fear.

A strong person won't let anyone get the best of them.
A person of strength gives the best of themself to everyone.

A strong person makes mistakes and avoids the same in the future.
A person of strength realizes life's mistakes can also be unexpected blessings and
capitalizes on them.

A strong person wears a look of confidence on their face.
A person of strength wears grace.

A strong person has faith that they are strong enough for the journey.
A person of strength has faith that it is in the journey that they will become strong.

(A wonderful quote)

"I can handle anything that life throws at me - I may not be able to handle it well, or correctly, or gracefully, or with finesse, or expediently - but I will handle it. Life may not be the party we hoped for, but while we are here we might as well dance!!!!!."

For you.. My everything

Thanks for ur smile
Thanks for ur laugh
Thanks for ur advice
Thanks for ur helping
Thanks for ur spirit
Thanks wanna be my best friend



Ga pernah terpfikir saat masuk kuliah akan bertemu kalian
semoga ini takdir baik ^^V
terlalu banyak moment bareng yang kita lewatin
that's really be 'very something' for me :p

karna ini semua adalah perjalanan, sebuah mimpi, harapan, masa depan dan takdir,
sahabat,berbagi, suka ,duka, tawa, curiga, cemburu, dan cinta
selaksana embun penegar jiwa, meski kadang harus meninggalkan butiran bening di sudut mata ini :)

tapi kutau, itulah nuansa hidup, yang harus dibayar dengan kekuatan jiwa,
you know that, 'no one is perfect, that's why pencils have erasers'
'no one can live alone, that's why I NEED YOU' ♥

Kadang sering heran, sama diri sendiri, kenapa masi suka sedih sendiri akan suatu hal yang mungkin ga penting untuk difikirkan secara berlarut larut, kenapa bisa menggantungkan hati terlalu jauh kepada seseorang dan memikirkan orang lain yang sudah ga perduli dengan diri ini
sedangkan disini,? masih ada kalian yang selalu siap siaga menenangkan dan tersenyum lebay :D ♥

di saat seperti itu, hanya sosok kalian yang ku butuhkan, "kebersamaan memang selalu mampu membuat kita mampu tuk berkata "everything its okay' ♥

Siapa lagi yang ga pernah bosan mendengarkan cerita 'galau' yang berulang kali di 'reapeat'
siapa lagi yang ga pernah bosan mendengarkan jutaan 'harapan' dan keinginan yang berulang kali kusampaikan pada kalian
dan siapa lagi yang bisa di ajak menggila dengan berbagai kekonyolan yang telah ada dalam jiwa masing". . bakat tuk mengomentari realita kehidupan *Bukan gosip kok XD*

Tempo hari aku mengalami kecelakaan yang cukup merenggut seperempat nyawa ini --'
semuanya benar benar terasa DOWN. disini sosok kalian ku rasakan
sebuah kata 'Semangat' yang telah menguasai semestaku untuk bangkit
untuk kembali tersenyum dan tertawa bersama kalian
'Get well soon' ungkapan sederhana yang secara ga sadar ngebuat ak jadi anak cengeng! hhaa
dan ku sadari kalian, lebih dari sebuah arti :*

because i just have 4 finger for me to be happy
My pinky finger : for my bestfriend, and the promises i will never break.
My ring finger : for that special boy, When the time is right.
My pointer finger : to pick out my dearest family members.
My thumb : To show the rest of the world i'm going to be okay. (;

tetaplah begitu, dan jangan pernah berubah, Karna kita satu , Kita adalah sebuah orkestra jiwa Yang baru saja disatukan Kau sedang mainkan satu melodi di sudut sana Dan aku alunkan satu irama di sudut sini Kita sedang menanti masa Tuk di sebut nama kita pada suatu masa menggapai mimpi Semoga kita tetap terjaga Hingga satu lagu cinta Tercipta khusus untuk kita.



miss u all :')

SALAM KCB

Senin, 16 Januari 2012

Muslimahs Beyond Stereotypical Legends



Islamic history is full of bright figures of Muslim women who set good example of strong, righteous, smart and resilient character of Muslimahs who, besides being obedient observant of the noble teachings of Islam, were also liberal and vigilant.



Whenever an argument alludes to the subject of Muslim women, claims about their misrepresentation, weakness and oppression immediately are brought into discussion.

It pains me to see the status of Muslim women so ridiculed and downplayed. And I tend to see sterotypical misconception srampant at both sides: Muslims and non-Muslims alike, even among Muslimahs themselves, particularly those who are misinformed and didn’t take the trouble of exploring Islam to expound their own understanding of it, while if they did, they would be filled with pride and admiration knowing how Islam recognizes their significant stature and lays weighty responsibility upon their shoulders.

In Surah Al Ahzab (Chapter 33 of the Holy Quran), gender equality is expressed palpably clear. Allah (SWT) says:

“Indeed, the Muslim men and Muslim women, the believing men and believing women, the obedient men and obedient women, the truthful men and truthful women, the patient men and patient women, the humble men and humble women, the charitable men and charitable women, the fasting men and fasting women, the men who guard their private parts and the women who do so, and the men who remember Allah often and the women who do so – for them Allah has prepared forgiveness and a great reward.” —Quran 33:35

I might excuse non-Muslims, those who are not very much educated about the Islamic tradition, for having a distorted vision of Muslim women and their status in Islam. For they might have encountered some bad examples that I don’t think should be taken as representative of Muslim women. They could also be victims of Western media which doesn’t miss a chance to paint a bleak image of Muslims as backward and rigid.

But what I don’t understand is seeing similarly disoriented understanding among Muslims of how a Muslim woman should think, act, and look like…

Islamic history is full of bright figures of Muslim women who set good example of strong, righteous, smart and resilient character of Muslimahs who, besides being obedient observant of the noble teachings of Islam, were also liberal and vigilant.

Even during the time of the Prophet (pbuh), some 1400 years ago, Muslim women played vital roles in the establishment of a Muslim state, and some of them took actual part in fighting enemies of the Muslims back then.

A Muslim woman has full rule over herself, her property and her life. She enjoys equal rights like men, has a say in the house and free will to choose what she wants, and should not, under any circumstances, be subject to oppression, sidelining, or demotion. Contemporary and modern Muslimahs and Muslims in general have no excuse or right to think otherwise.

Let me draw some lessons from history.

Our grandmother, Lady Khadija (may Allah be pleased with her), the first wife of Prophet Muhammad (peace be upon him). Lady Khadijah was the foremost source of encouragement and emotional support for our noble Prophet (PBUH). She aided him, strengthened his resolute, and lifted him up at the times of despair and difficulty. She herself was a source of strength for the prophet, which he despondently missed following her death. She was his first love, most trusted companion, and best friend ever, who comforted his worries at times when he awaited revelation, which came down on varying intervals of time. She was the first woman to believe in his message and aided him in his burdening prophetic mission.

Lady Khadijah adopted a liberal way of thinking. Driven by admiration for the Prophet’s integrity and good manners, she arranged to have him as her husband, and approached him for marriage, may be indirectly, but she did send him who would encourage him to propose to her, setting by that an example for how Muslimahs should chose their husbands.

Lady Aicha, another wife of Prophet Muhammad (pbuh), played an essential role in the transmission of much of the Prophet’s sunnah and knowledge. She was the first Muslimah teacher humanity has known. She taught men and women alike, and was sought after by people who wished to learn about Islam. As knowledgeable and intelligent as she was, she was a woman of sincere piety and intent determination to live for the cause of Islam and transmit the legacy of the Prophet for generations to come.

Urwah- bin al- Zubair narrates:'' I have never seen someone who knows more of the Qur'an and its commandments, nor al-Hallal (lawfulness), or Haram(sinful deeds), or poetry, or Arabs oratory or backgrounds than Aicha.''

Who else?!!

Um Kolthoum, one of the daughters of Prophet Muhammad (pbuh), and nicknamed “the confined of the valley”.

Um Kulthoum carried the light of her father, same excellence. She didn't migrate with those who went to Abyssinia and thus didn't suffer the pain of being away from homeland, but she lived the despicable and inhuman difficulties Muslims and the clan of Banu Hashim faced in the Valley of Abu Talib at the hands of Quraysh people, the chief enemies of Muslims at the time.

Um Kolthoum devoted 13 years of her youthful life, during which she faced inhuman treatment of the polytheists of Quraysh, supporting and looking after her family, taking care of her sisters and lifting the impact of the deteriorating situation they’ve been living as a result of enmity against Islam at the time. She stood firm and was a source of strength to others.

Ladies… These should be our role models. Those are the women we should follow their example.

Without downplaying the efforts and fulfillments of bright examples of successful Muslimahs in our modern times, we ought to look back to our grand grand mothers of early Muslim women and draw lessons from their lives, feel inspired and revive our rich Islamic heritage.

Looking back to our history that witnessed the sprouting and advancement of Islamic civilisation, and the great figures of pious, liberal, intellectual, knowledgeable and daring Muslim women, I see our present role quite regressive.

Stay tuned for Part Two of this series reviewing the lives of many bright examples of early Muslimahs, to live up to their standards.

Wassalaam,
Maha Youssuf