Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Rabu, 18 Januari 2012

Ku Telefon Tuhan Dalam Tahajjud


Semalam, ku telefon Tuhan dalam tahajjudku.



“Tuut, tuut… tuut, tuuut!” Terus diangkat. Dan sebaik sahaja kudengar talian di sebelah sana diangkat, saat itu terus ku luahkan isi hatiku bagai mencurah-curah ke ladang gandum!

“Wahai Yang Maha Agung, aku ini hambaMu. Aku menghubungimu semata-mata ingin mengadu padaMu ya Allah. Wahai Yang Maha Mendengar, aku ingin mengadu kepadaMu bahawa hatiku telah berlubang!”

“Wahai hambaKu. Jika Aku menimpakan suatu musibah ke atas kamu pada badanmu, lalu kamu menerima musibah itu dengan penuh kesabaran, nescaya di hari kiamat Aku malu untuk menegakkan bagimu neraca timbangan atau membuka buku catatan amalmu.” [1]

“Akan tetapi Allah, lubang di hatiku ini sangat menyakitkan. Dan ini juga bukan kemauanku.”

“Wahai hambaKu, barangkali kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan barangkali kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [2]


“Yang penting lubang di hati ini sangat dalam. Dan aku mohon pertolonganMu, mengapa tidak Engkau tutupkannya saja.”

Jika sekiranya Aku mahu, nescaya akan Kuberikan kepadamu wahai kekasihKu. Akan tetapi telah tetaplah kata-kataKu: Wahai dunia! Pahitkanlah kehidupan para kekasihKu, janganlah sekali-sekali engkau memaniskannya, kelak engkau akan memfitnahinya.” [3]

“Oh begitu rupanya… Sungguh Maha Penyayang Engkau wahai Tuhanku, melindungi aku daripada fitnah dunia. Maka, sekarang aku memohon agar Engkau memberikan aku kekuatan ya Allah.”

“Sesungguhnya Aku sekali-kali tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [4]

“Terima kasih Tuhan, bolehkah Engkau selalu mengingatkan aku di saat aku lupa wahai Tuhanku…?”

“Tentu. Sesungguhnya Akulah yang menciptakanmu dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatimu, dan Aku lebih dekat kepadamu daripada urat lehermu sendiri.” [5]

“Tuhanku, aku sangat-sangat berharap Engkau sentiasa ada bersama denganku.”

“Wahai hambaKu, ketahuilah bahawa Aku sentiasa berada dalam sangkaanmu, dan Aku ada bersamamu ketika kamu menyebutKu. Bila kamu menyebut-Ku dalam dirimu, Aku menyebutmu dalam Diri-Ku. Bila kamu menyebut-Ku dalam khalayak ramai, Aku menyebutmu dalam khalayak yang lebih baik daripada itu. Bila kamu mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadamu satu hasta. Bila kamu mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat kepadamu satu depa. Bila kamu datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, Aku datang kepadamu berlari-lari.” [6]

“Aku ingin menjadi hambaMu yang sebenar-benarnya wahai Tuhanku…”

“Tanda pengenalan hamba-hamba-Ku di hatinya terhadap-Ku ialah dengan menyangka baik terhadap qadar-Ku, tiadalah dikeluh-kesahkannya hukum-hukum-Ku, tiadalah dirasakannya lambat kurnia-Ku dan senantiasa malu berbuat maksiat.” [7]

“Wahai Allah! Sesungguhnya aku bersaksi bahawa tiada Tuhan yang layak disembah selain Allah. Dan aku berjanji akan selalu mengingatiMu lebih daripada segala yang lain.”

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingati Aku.” [8]

SubhanAllah. Alhamdulillah. Allahuakbar. La ilaaha illAllah. La hawla wala quwwata illa billah.

Lalu ku putuskan talian itu kerana ku tahu sebentar lagi akan ku hubungiNya lagi.

Terima kasih Allah.

Yang tak pernah jemu melayan kerenah ku.

Yang lebih dekat kepadaku berbanding urat leherku.

Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadap hamba-hambaNya.

Terima kasih ya Allah!

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)

2 komentar:

Syalum mengatakan...

Sahabatku...

Yang Menciptakan kita berkata:



"I'lamuu annamal hayaa tuddun-yaa la 'ibun".

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu

hanyalah suatu permainan. (QS. Al Hadiid 57:20)



Kita ini sesungguhnya sedang bermain dalam sebuah

panggung kehidupan yang diciptakan_Nya.

Dengan berbagai peran, keadaan dan penjiwaan...



"Wa annahuu huwa adhaka wa abkaa".

Dan bahwasanya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa

dan menangis".

(QS. An Najm 53:43)



Adegan apa yang sedang engkau perankan wahai

sahabatku???



Seorang yang kaya...ataukah miskin?.

("Kaya Jiwa ataukah harta?". "Miskin harta ataukah

bathin?")



Seorang insan yang penuh duka...ataukah seorang hamba

yang senantiasa ceria dan bahagia?.



Suatu ketika peran yang kau mainkan akan memaksamu

untuk menangis...

Dan lain ketika memaksamu untuk tertawa...

Duniapun penuh warna dan langitpun terpesona...!!!

Masya Allah...Itulah Kuasa_Nya Allah...

(Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaa ha ilallah,

wallaahu Akbar...)



Karena itu sahabatku...

Bermainlah dengan penuh rasa cinta dan kesabaran.

Niscahya engkau ta'kan sulit melakukannya.

Ikuti petunjuk pengarah adeganmu.(Rasul Allah Saw)

Agar Sang Penulis Skenario Cerita (Allah Swt) merasa

senang.

Karena engkau mampu memainkannya dengan baik.


Duhai adikkq yang dilanda duka.



laa takhaaf walaa Taias Laa tahzan

Janganlah takut,bersabarlah dan janganlah sedih



Sang Penulis Skenario berbisik lembut pada Qalbumu.:



"Maa wadda 'aka rabbuka wamaa qalaa".

Tuhanmu tidak meninggalkan kamu dan tidak pula benci

kepadamu".

(QS. Ad Dhuha 93:3)



"Asaabakum ghamman-bighammin-likailaa tahzanuu 'alaa

maa faa takum walaa maa a shaa bakum".

Allah menimpakan padamu kesedihan atas kesedihan,

supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang

luput daripada kamu dan terhadap apa yang menimpa

kamu. (QS. Ali Imran 3:153)

Terimakasih atas entri ini,..selalu mengingatkan dalam kebaikan ya syg ...

Mademoiselle Sharah mengatakan...

Subhanallah :)
muhun pisan yak teh :)

Posting Komentar